JogloNesia JAKARTA. Meskipun kinerja PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) menunjukkan pelemahan pada kuartal II-2025, para analis optimis bahwa emiten perunggasan ini akan segera bangkit. Pemulihan permintaan unggas yang kian solid dan pengetatan pasokan diprediksi menjadi katalis positif utama yang akan mendorong kinerja saham JPFA ke depan.
Analis Binaartha Sekuritas, Eka Rahmah, mencatat bahwa total penjualan JPFA sempat tertekan, turun 4,2% secara tahunan (yoy) dan 8,3% secara kuartalan (qoq) menjadi Rp 13,15 triliun pada kuartal kedua. Secara kumulatif, penjualan semester I-2025 juga hanya turun tipis 0,6% yoy, mencapai Rp 27,49 triliun. Penurunan ini, menurut Eka, disebabkan oleh kelebihan pasokan di pasar dan melemahnya permintaan pasca-Ramadan.
Prospek Kinerja Japfa Comfeed (JPFA) Dinilai Positif, Cermati Rekomendasi Analis
Namun, gejolak harga yang sempat terjadi kini menunjukkan tanda-tanda pemulihan signifikan. Harga ayam hidup (livebird) dan anak ayam umur sehari (day old chick atau DOC) telah membaik secara konsisten sejak Juli hingga Agustus 2025. Perbaikan ini, ditegaskan Eka, membuka peluang besar bagi JPFA untuk merebut kembali margin dan pendapatan yang lebih kuat pada paruh kedua tahun ini.
Optimisme terhadap prospek kinerja Japfa Comfeed semakin diperkuat oleh dukungan program-program pemerintah. Analis CGS International Sekuritas, Jason Chandra, menyoroti peran vital program makan bergizi gratis (MBG) yang kini menjangkau 20 juta penerima manfaat per akhir Agustus 2025, melonjak drastis dari sekitar 7 juta pada Juli. Selain itu, stimulus fiskal “8+4+5” senilai lebih dari Rp 16 triliun, sebagian besar dialokasikan untuk bantuan pangan dan program padat karya, turut memberikan dorongan permintaan yang substansial bagi produk-produk unggas.
Di sisi pasokan, upaya pengetatan produksi ayam broiler juga akan memberikan dampak positif. Jason Chandra mengamati bahwa penurunan kuota impor grand parent stock (GPS) sejak tahun 2024, ditambah dengan program pemusnahan parent stock pada kuartal III-2025, secara bertahap akan mengurangi kelebihan pasokan di pasar hingga akhir tahun. Hal ini berpotensi menstabilkan harga dan meningkatkan profitabilitas Japfa Comfeed.
Paulina Margareta, analis Maybank Sekuritas Indonesia, menambahkan bahwa pertumbuhan unit Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dalam program MBG dapat mendongkrak permintaan unggas hingga 12% secara tahunan, secara efektif menopang harga ayam hidup agar tetap stabil dan menguntungkan. Kabar baik juga datang dari sisi biaya bahan baku: pemerintah telah membuka kembali keran impor gandum pakan ternak (feed wheat) yang sempat dilarang sejak 2022. PT Berdikari bahkan telah menyalurkan 600 ribu ton gandum pakan kepada perusahaan unggas pada September 2025, menunjukkan komitmen untuk menstabilkan pasokan.
Harga Saham JPFA Mendaki Kala Ramai Rekomendasi Beli, Institusi Juga Rajin Akumulasi
Dengan asumsi Japfa Comfeed menguasai 25% pangsa pasar pakan, Jason memperkirakan biaya pakan bisa turun hingga 2% sepanjang tahun 2025. Pasokan jagung domestik juga diprediksi kembali normal pada kuartal IV-2025 seiring panen raya, sementara potensi penguatan nilai tukar rupiah bisa semakin menekan biaya impor bahan baku. Ini semua berkontribusi pada struktur biaya yang lebih efisien bagi JPFA.
Paulina Margareta juga menyoroti efisiensi operasional yang dicapai melalui adopsi teknologi serta ekspansi ke segmen consumer goods, yang secara signifikan memperkuat margin laba JPFA. Ia memperkirakan margin EBIT perusahaan bisa mencapai 8,6% tahun ini. Dengan sinergi dari pemulihan permintaan, pengetatan pasokan, dan penurunan biaya bahan baku, prospek laba bersih Japfa Comfeed untuk tahun fiskal 2025 terlihat sangat cerah, dengan Eka memproyeksikan laba bersih mencapai Rp 3,26 triliun.
Tak heran, para analis secara kompak memberikan rekomendasi positif terhadap saham JPFA. Eka Rahmah dari Binaartha Sekuritas mempertahankan rekomendasi ‘beli’ dengan target harga Rp 2.330 per saham. Paulina Margareta dari Maybank Sekuritas menargetkan harga Rp 2.800, sementara Jason Chandra dari CGS International Sekuritas merekomendasikan ‘add’ dengan target Rp 2.500 per saham. Pada perdagangan Rabu (8/10/2025), harga saham JPFA ditutup naik 0,95% ke level Rp 2.130 per saham, mencerminkan kepercayaan pasar terhadap potensi pemulihan kinerja JPFA.
Ringkasan
Meskipun PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) menunjukkan pelemahan kinerja pada kuartal II-2025 akibat penurunan penjualan dan kelebihan pasokan, analis optimis terhadap prospek pemulihan. Perbaikan harga ayam hidup dan anak ayam umur sehari sejak Juli-Agustus 2025 menjadi katalis positif utama. Dukungan program pemerintah seperti makan bergizi gratis dan stimulus fiskal juga diprediksi mendorong permintaan produk unggas.
Di sisi pasokan, pengetatan produksi melalui pengurangan kuota impor dan pemusnahan *parent stock* akan mengurangi kelebihan pasokan serta menstabilkan harga. Pembukaan kembali impor gandum pakan dan potensi normalisasi pasokan jagung domestik diharapkan menekan biaya bahan baku. Dengan efisiensi operasional dan proyeksi laba bersih yang cerah, analis merekomendasikan ‘beli’ atau ‘add’ untuk saham JPFA, dengan target harga antara Rp 2.330 hingga Rp 2.800 per saham.
JogloNesia Informasi Jogja Solo Indonesia