IHSG Naik: Untung atau Buntung Reksadana Saham di Akhir Tahun?

JogloNesia – JAKARTA. Kinerja reksadana saham diproyeksikan akan menunjukkan performa positif yang kuat hingga akhir tahun. Tren penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi pendorong utama atau katalis signifikan bagi pertumbuhan investasi reksadana saham. Optimisme ini muncul di tengah kondisi pasar yang semakin kondusif bagi aset-aset berbasis ekuitas.

Advertisements

Data terbaru dari Infovesta mencatat, reksadana saham telah membukukan return yang impresif sebesar 7,14% per Oktober 2025. Tidak hanya itu, secara bulanan (month on month/mom), performanya juga menunjukkan kenaikan sebesar 2,18%. Angka-angka ini menempatkan kinerja reksadana saham di atas kelas aset lain seperti reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang, menegaskan dominasinya di tengah volatilitas pasar.

Hernandi Wisnu, Portofolio Manager Samuel Aset Manajemen (SAM), melihat adanya potensi besar yang masih bisa dioptimalkan dalam investasi reksadana saham. Menurutnya, IHSG sepanjang tahun berjalan 2025 telah melonjak signifikan sebesar 16%. Di sisi lain, IDX80, yang merepresentasikan emiten-emiten likuid dengan kapitalisasi pasar besar, juga menguat sekitar 7% dalam periode yang sama. Ini mengindikasikan bahwa pergerakan pasar saham secara luas memberikan ruang pertumbuhan.

“Angka ini menegaskan bahwa masih ada peluang yang dapat dimaksimalkan pada investasi ekuitas, termasuk reksadana saham. Hal ini juga didukung oleh perbaikan likuiditas keuangan dan situasi ekonomi yang berangsur membaik,” jelas Hernandi kepada Kontan pada Kamis (6/11/2025), memberikan pandangan bullish terhadap prospek pasar.

Advertisements

Namun demikian, Reza Fahmi Riawan, Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Henan Putihrai Asset Management, menawarkan perspektif yang lebih selektif meskipun positif. Ia menyatakan bahwa prospek reksadana saham setelah IHSG menyentuh level 8.318 memang cenderung positif, namun investor perlu lebih jeli dalam memilih. Kenaikan IHSG ke level tersebut mencerminkan penguatan sentimen pasar, terutama di kalangan saham berkapitalisasi besar (big caps) yang sebelumnya kurang berkinerja.

Reza menyoroti bahwa tidak semua reksadana saham akan otomatis mengikuti kinerja indeks, mengingat kenaikan IHSG sebagian besar didorong oleh sektor-sektor tertentu. Oleh karena itu, ia menyarankan pendekatan yang lebih terfokus. Menurut Reza, reksadana saham yang memiliki eksposur kuat terhadap sektor keuangan, energi, dan komoditas berpotensi mencetak kinerja yang lebih unggul. Kunci keberhasilannya terletak pada pemilihan saham berbasis fundamental yang kuat dan kemampuan memanfaatkan momentum sektoral.

Melihat ke depan, Reza mengidentifikasi beberapa sentimen krusial yang akan mempengaruhi kinerja reksadana saham. Faktor pertama adalah kebijakan suku bunga global, khususnya dari The Fed dan Bank Indonesia. Penahanan suku bunga atau bahkan potensi pemangkasan akan menjadi katalis positif yang signifikan bagi pasar.

Sentimen lainnya mencakup fenomena window dressing di kuartal IV, yang secara historis terbukti mampu mendorong penguatan pasar saham. Selanjutnya, pemulihan earnings emiten, terutama di sektor energi dan keuangan, serta kembalinya arus dana asing ke pasar saham Indonesia setelah sempat terjadi arus keluar di awal tahun, juga akan menjadi penopang. Terakhir, stabilitas geopolitik, ketahanan ekonomi domestik, dan arah kebijakan fiskal pemerintah akan menjadi penentu penting bagi iklim investasi.

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Reza menyimpulkan bahwa secara keseluruhan, reksadana saham diproyeksikan akan memberikan return moderat hingga tinggi, diperkirakan mencapai kisaran 6% – 10% hingga akhir tahun ini. Ini menawarkan harapan positif bagi para investor yang mencari pertumbuhan di pasar modal.

Ringkasan

Kinerja reksadana saham diproyeksikan menunjukkan performa positif yang kuat hingga akhir tahun, didorong oleh tren penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Per Oktober 2025, reksadana saham telah membukukan return impresif sebesar 7,14%, mengungguli kelas aset lain. IHSG sendiri telah melonjak signifikan sebesar 16% sepanjang tahun berjalan 2025, menunjukkan masih adanya potensi besar untuk investasi ekuitas yang didukung perbaikan likuiditas dan situasi ekonomi.

Meskipun prospeknya positif, investor perlu lebih selektif dalam memilih reksadana saham karena kenaikan IHSG cenderung didorong oleh sektor-sektor tertentu, seperti keuangan, energi, dan komoditas. Kinerja reksadana saham ke depan akan dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga global, fenomena window dressing, pemulihan earnings emiten, kembalinya arus dana asing, serta stabilitas geopolitik dan ekonomi domestik. Secara keseluruhan, reksadana saham diproyeksikan memberikan return moderat hingga tinggi, diperkirakan mencapai kisaran 6%-10% hingga akhir tahun ini.

Advertisements