
JogloNesia JAKARTA. Investor asing mulai masuk ke pasar saham Tanah Air. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Senin (8/12/2025), investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 52,74 miliar.
Namun jika ditarik lebih jauh lagi, investor asing masih mencatatkan net sell sebesar Rp 27,94 triliun secara year to date hingga Senin (8/12). Jumlah itu setara dengan US$ 1,62 miliar.
Berdasarkan komposisi investornya, dominasi asing juga semakin menyusut. Secara year to date, investor asing hanya berkontribusi sebesar 36% dari nilai transaksi dan sisanya yang paling besar 64% domestik.
Berharap Ekonomi Jadi Obat Mujarab Pasar Saham
Dari sisi kepemilikan saham pun juga semakin menciut. Per Oktober 2025, kepemilikan asing mencapai 46,1% dari nilai kapitalisasi pasar Rp 15.600 triliun. Ini setara dengan Rp 6.552 triliun.
Jika dibandingkan posisi yang sama pada 2024, kontribusi investor asing ikut menyusut. Per Oktober 2024, kepemilikan saham oleh investor asing mencapai 46,1% atau Rp 5.532 triliun dari total kapitalisasi pasar sebesar Rp 12.000 triliun.
Kemudian dari kontribusi investor asing terhadap nilai transaksi harian cenderung stagnan. Per Oktober 2025, kontribusi asing mencapai 37% dari Rp 16,6 triliun. Ini setara dengan Rp 6,14 triliun.
Per Oktober 2024, kontribusi investor asing sebesar 37% dari Rp 12,8 triliun. Jumlah tersebut setara dengan Rp 4,73 triliun. Kenaikan nilai disebabkan karena meningkatnya nilai transaksi harian di BEI.
Tim Riset CGS International memproyeksikan outflow investor asing akan mereda pada 2026, yang akan berpotensi mengurangi tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG).
Sentimen Belum Mendukung, Kepemilikan Asing di Saham Big Bank Terus Merosot
Mereka mencermati, meskipun arus keluar di pasar obligasi belum stabil, tetapi adanya inflow asing yang mulai masuk dalam beberapa pekan terakhir didorong oleh membaiknya prospek pertumbuhan.
Adapun downside risks mencakup penciptaan lapangan kerja yang lebih lemah dari perkiraan serta hasil yang tidak menguntungkan perubahan perhitungan free float oleh MSCI.
Sekuritas asing lainnya juga menilai pasar modal Indonesia akan prospektif pada 2026. RHB Sekuritas, misalnya, yang memproyeksikan pasar saham Indonesia akan lebih cerah pada tahun depan.
Direktur Utama RHB Sekuritas Thomas Nugroho memproyeksikan pasar saham Indonesia bergerak positif pada 2026. Ini ditopang oleh arus dana domestik yang stabil.
“Dan sokongan dari pemulihan saham berbasis fundamental serta selektif reli pada emiten konglomerasi,” ucapnya kepada Kontan, Senin (8/12/2025).
Lebih lanjut, Thomas mencermati pemulihan yang solid diperkirakan terjadi pada 2026–2027, dengan laba bersih IHSG diproyeksikan kembali mencatat pertumbuhan dua digit.
Head of Indonesia Research & Strategy JP Morgan Henry Wibowo memperkirakan adanya belanja pemerintah yang lebih tinggi, baik dari anggaran fiskal maupun lewat BPI Danantara.
“Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan konsumsi domestik, didukung oleh kondisi makro global yang membaik serta meredanya ketegangan geopolitik,” jelasnya.
JP Morgan Sekuritas juga memproyeksikan tren pelonggaran moneter akan berlanjut, dengan memperhitungkan pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) sebesar 50 bps lagi tahun depan seiring membaiknya prospek likuiditas.
Henry juga menilai partisipasi investor ritel akan tetap tinggi pada semester I-2026, dengan potensi moderasi pada 2026 Ini bergantung pada rencana perhitungan Adjusted Free Float dari MSCI.
Menerka Arah Aliran Dana Asing Ke Pasar Saham
“Di sisi lain, kami berharap membaiknya arus ekuitas dari investor institusional pada 2026, dengan pendorong baru yang berasal dari mandat Danantara ditambah alokasi dari dana pensiun dalam negeri,” jelas dia.
Lebih lanjut, JP Morgan memproyeksikan akan bergerak ke level 9.200 pada skenario dasar. Sementara, RHB Sekuritas menargetkan IHSG akan berada di posisi 9.400 pada akhir tahun 2024.
JogloNesia Informasi Jogja Solo Indonesia