Tarif Internet Indonesia dinilai Tak Masuk Akal
credit image: gadgetdiva.id

Tarif Internet Indonesia dinilai Tak Masuk Akal

Belakangan ini, masyarakat dihadapkan dengan sejumlah provider baru yang bermunculan. Bahkan tarif internet yang ditawarkan juga cukup murah. Tapi benarkan tarif internet Indonesia ini tidak masuk akal?simak info terbaru ini!

Internet saat ini sudah hampir menjadi kebutuhan wajib bagi hampir semua orang. Hal ini karena untuk berkomunikasi, orang orang sudah tidak lagi mengunakan pulsa, melainkan kuota internet.

Bahkan, ini bukan hanya sekedar untuk kebutuhan komunikasi, tetapi bagi sebagian orang, kebutuhan hiburan juga sudah banyak yang menggunakan internet. Seperti yang saat ini banyak ditemukan, contohnya penggunaan TV streaming dan juga layanan youtube yang disiarkan secara live.

Sejauh ini, PT Telkom selaku pemengang atas jaringan Indihome memang masih mendominasi jaringan internet di Indonesia. Namun, belakangan sudah banyak bermunculan provider lain yang meramaikan persaingan bisnis jaringan internet. Bahkan, tarif yang ditawarkan juga gila gilaan murahnya. Hal inilah yang akhirnya membuat Indihome akhirnya buka suara.

Perang Tarif Internet Indonesia

Menurut IndiHome, perang tarif internet saat ini tidak masuk akal dan bahkan dinilai sangat tidak wajar. Edie Kurniawan, selaku Vice President Marketing Management Telkom, memberikan contoh tentang adanya iklan konyol yang terlihat di provider fixed broadband. Penyedia ini menawarkan layanan selama 6 bulan tetapi dapat mengakses internet selama satu tahun.

“Itu tidak masuk akal ada yang cuma bayar tujuh bulan bisa pakai setahun berarti free-nya lima bulan. Ada yang bayar enam bulan tetapi pakainya setahun jadi free-nya enam bulan,” katanya saat bertemu wartawan di Jakarta, Selasa 25-10-2022.

Penetapan harga untuk layanan dengan kecepatan 100 Mbps dinilai tidak masuk akal. Misalnya, Rp 300.000 terlalu murah untuk layanan yang menyediakan internet dengan kecepatan secepat itu.

“Kami sampai botak itu mengukurnya gimana, ternyata setelah diukur beneran ternyata kecepatan tidak 100 Mbps. Karena kami jualan untuk yang Rp300 ribu, pelanggan mendapat 40 Mbps dan beneran 40 Mbps karena kami tidak ingin tipu-tipu,” katanya lebih lanjut.

Kurniawan menjelaskan, infrastruktur IndiHome menelan biaya Rp 4,5 juta hanya untuk satu klien. Harga yang diberikan dibandingkan dengan kecepatan yang ada, itu menurutnya tidak wajar lagi dan sudah tak masuk akal.

“Jadi bisa dibayangkan ketika kita narik kabel ke satu pelanggan biayanya Rp 4,5 juta dan kami hanya memasang tarif harga Rp 300 ribu, jadi tidak masuk akal jika ada yang memasang tarif lebih murah,” ujarnya menjelaskan lebih detail.

Kurniawan mengatakan bahwa penawaran internet IndiHome memenuhi kebutuhan pelanggan. Misalnya, perusahaan memiliki 14 mitra OTT,termasuk Netflix, MOLA, Vidio, dan WeTV serta berbagai paket. Ini termasuk paket 30 Mbps, 60 Mbps dan 90 Mbps. Selain itu, Kurniawan mencatat bahwa tarif internet Indihome tetap rendah meski terjadi perang tarif internet tersebut.

Persaingan Provider di Pulau Jawa

Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhammad Arif mengatakan, sebagian besar rumah tangga di Tanah Air memiliki akses ke penyedia layanan fixed broadband yang cepat dan andal. Ini berarti penyedia layanan internet tidak harus bersaing satu sama lain hanya di Jawa.

“Kompetisi sudah meluas sampai ke luar Pulau Jawa, dengan semakin banyaknya peralihan aktivitas masyarakat dari offline ke online. Meski demikian, perang harga layanan fixed broadband masih dalam batas wajar dan APJII sangat mendukung agar pemerintah terus mengawasi dan menjaga iklim kompetisi bisnis fixed broadband yang sehat,” ungkap Arif.

Ketua Mastel (Masyarakat Telekomunikasi Indonesia) Atmosutarno Sarwoto mengatakan bahwa orang cenderung membuka dan memeriksa jaringan terlebih dahulu sebelum memutuskan suatu pilihan. Akibatnya, mungkin sulit untuk beralih ke layanan broadband lain setelah Anda berlangganan. Lebih lanjut, Atmosutarno Sarwoto mengatakan, masyarakat cenderung mengecek kualitas jaringan terlebih dahulu sebelum berlangganan.

“Untuk menjaga para pelanggannya maka penyedia layanan internet fixed broadband harus kreatif. Misalnya menjaga kualitasnya serta menawarkan paket bundling dengan berbagai layanan streaming untuk menjaga pelanggan maupun menggaet pelanggan baru,” pungkasnya.

Namun apa yang dikatakan pihak Indihome ini justru berdampak positif terutama bagi para pengguna Internet Indonesia. Pasalnya, semakin banyak provider penyedia jaringan Internet, tentu persaingan akan semakin ketat. Hal ini yang akan berdampak pada penurunan harga taris Internet.

Jika hal ini terus dibiarkan dan Indihome tidak bisa mengikuti arus, bukan tidak mungkin mereka akan tergerus dan banyak pelanggan yang akan beralih menggunakan jasa lainnya. Inilah yang perlu diwaspadai oleh pihak Telkom.