Desain Masjid Raya Sheikh Zayed AlNahyan Solo Kurang Cocok Untuk Indonesia
Credit Image: Kompas.com

Desain Masjid Raya Sheikh Zayed Solo Kurang Cocok di Indonesia

Desain Masjid Raya Sheikh Zayed AlNahyan Solo Kurang Cocok Untuk Indonesia lantaran ada beberapa area yang tampias saat terjadi hujan. Dan ini mengakibatkan air masuk kedalam bangunan masjid.

Masjid Raya Sheikh Zayed AlNahyan Solo adalah salah satu masjid terbesar di Kota kelahiran Presiden Jokowi. Tempat ini dibangun diatas lahan seluas 3 hektar yang menggunakan dana dari pangeran Uni Emirate Arab. Masjid ini adalah hadiah yang diberikan kepada Presiden Jokowi karena kedekatan mereka.

Untuk Masjid Agung Sheikh Zayed Solo secara resmi dibuka pada 17 November 2022. Pembangunannya dimulai sekitar satu setengah tahun sebelumnya pada tanggal tersebut, atau 6 Maret 2021.

Peletakan batu pertama sendiri dihadiri oleh beberapa pejabat penting dari kedua negara. Diantaranya adalah Menteri Energi dan Industri UEA Suhail Mohamed Faraj Al Mazrouei, Erick Thohir selaku menteri BUMN, Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka dan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Mereka semua hadir dalam peresmian upacara peletakan batu pertama masjid.

Masjid Agung Sheikh Zayed di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, menjadi model pembangunan Masjid Agung Sheikh Zayed Solo. Replika dari masjid yang ada di Solo ini dianggarkan lebih dari 5,7 triliun rupiah dan memiliki desain eksterior yang serupa dengan yang ada di UEA.

Masjid Raya Sheikh Zayed AlNahyan Solo

Dilansir dari situs Kemenag, Masjid Raya Sheikh Zayed Solo dibangun di atas lahan seluas 3 hektar. Terletak di Gilingan, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah. Waktu pembangunan masjid diperkirakan menghabiskan waktu satu setengah tahun.

Pembangunannya sendiri direncanakan akan selesai pada tahun 2022. Masjid Agung Sheikh Zayed Solo dapat menampung hingga 12.000 jamaah dan dibangun khusus sebagai tanda persahabatan kedua negara.

Sementara itu, Masjid Agung Sheikh Zayed di Abu Dhabi membutuhkan waktu 12 tahun untuk dibangun dengan anggaran 8 triliun yang dapat menampung hingga 40.000 orang untuk beribadah.

Masjid Agung Sheikh Zayed Solo akan memiliki sejumlah fasilitas tambahan. info Terbaru mengabarkan, masjid ini nantinya akan menjadi masjid terbesar di Solo. Bahkan, selain itu, dapat menambah daftar tempat wisata di kota yang disebut “The Spirit of Java”. Diprediksikan nantinya banyak orang mengunjungi lokasi wisata ini sebagai wisata religi.

Masjid terbesar di Solo ini akan memiliki perpustakaan yang dapat digunakan untuk menambah layanan pendidikan. Sebuah Islamic Center terpisah juga dibangun di sekitar area ibadah masjid. Dari sana, masjid bisa menjadi tempat pendidikan dan pengajaran Islam.

Sebuah taman pendidikan Al-quran atau TPA juga ditempatkan di dalam Islamic Center. Selain itu, juga tersedia Madrasah, area pengembangan ekonomi syariah dan produk pasar halal di kawanan masjid agung ini.

Selain itu, Waskita selaku kontraktor akan menyediakan lahan parkir khusus untuk mobil yang masuk agar tidak mengganggu lalu lintas. Jadi, nantinya tidak akan ada parkir mobil di pinggiran jalan sepanjang area masjid.

Masjid Agung Sheikh Zayed Solo dibangun sebagai simbol persahabatan dan kerjasama antara UEA dan Indonesia. Arsitektur bangunan juga membawa makna khusus. Pengunjung Solo tidak hanya tertarik ke tempat ini hanya untuk beribadah, tetapi juga sebagai objek wisata. Dengan cara ini, menjadi tempat ibadah dan juga tempat wisata religi dalam satu kawasan.

Desain Masjid Raya Sheikh Zayed AlNahyan Solo

KBRI Abu Dhabi mengeluarkan undangan kepada salah satu badan usaha milik negara, Karya PT Waskita Karya (Persero) Tbk, sebelum memulai pembangunan masjid. Ini untuk membuatnya tampak seperti masjid yang sesuai dengan desain aslinya yang ada di Abudabi.

Karena itu, Dirut Waskita Karya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke negara UEA pada Juni 2021. Soewardjono Destiawan melakukan perjalanan untuk melihat masid aslinya sebagai Desain Masjid Raya Sheikh Zayed AlNahyan Solo.

Pembangunan masjid replika ini dilaksanakan oleh salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya, PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Demi membuatnya tampak mirip seperti aslinya, President Director Waskita Karya Destiawan Soewardjono rela terbang ke Abu Dhabi pada awal Juni 2021 silam. Kunjungan ini merupakan undangan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Abu Dhabi, UEA.

Masjid Raya Sheikh Zayed AlNahyan Solo terlihat persis sama dengan yang ada di Abu Dhabi. Hanya saja karena kondisi iklim yang tidak sama ini membuat desain Masjid Agung Sheikh Zayed di Indonesia kurang cocok untuk Indonesia.

Hal ini lantaran saat terjadi hujan, beberapa area harus mengalami basah karena tampias hujan. Berbeda dengan di Abudabi yang memiliki curah hujan sangat sedikit. Karena itulah ada beberapa desain yang harus sedikit berubah dari aslinya.

Penambahan Ornamen Tidak Mempeharuhi Desain

Dilansir dari laman tribunsolo.com, Ada sedikit tambahan ornamen yang harus dilakukan pada Masjid Raya Sheikh Zayed AlNahyan Solo. Hal ini juga disampaikan oleh Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR, Diana Kusumastuti ketika melakukan peninjauan masjid hadiah Pangeran Uni Emirat Arab (UEA) untuk Presiden Jokowi, pada Kamis (3/11/2022).

Diana menemukan bahwa proses konstruksi mengatasi masalah hujan dengan memasukkan fasad kaca di beberapa tempat. Jadi untuk permasalahan tampias karena hujan ini sudah bisa diatasi. Dan pembanguan hampir selesai dan bisa dikejar untuk peresmian sesuai jadwal.

Dia merencanakan penambahan itu sehingga secara akurat dan tidak menyalahi desain yang mencerminkan Masjid Agung Sheikh Zayed Al-Nahyan di Uni Emirat Arab. Kendati demikian, Diana sebelumnya juga sudah mendiskusikan dengan pihak UEA untuk penambahan beberapa ornamen ini.

“Kita sudah diskusi. Boleh,” Ucapnya kepada awak media.

Iklim UEA sangat berbeda dengan iklim di Indonesia. Lingkungan tropis mereka membuat Indonesia memiliki curah hujan yang tentunya berbeda. Selain itu, curah hujan UEA lebih rendah dibandingkan dengan Indonesia.

“Kita beda dengan negara sana,” tutur Diana lebih lanjut.

Karena iklim di UEA yang jarang hujan, desain masjid harus disesuaikan saat diterapkan di Indonesia. Menambahkan kaca adalah solusi paling tepat untuk setiap penyesuaian yang lebih besar dari yang diperlukan.

Pihaknya berencana menyelesaikan proyek tersebut sebelum tanggal peresmian, yakni 17 November 2022.

Diana juga menerangkan bahwa pembangunan ini memasuki tahap final yang hanya tinggal merapikan saja bagian bagian yang kurang sempurna. Selain itu, ada penambahan tanaman sebagai penghijauan di sekitar kawasan masjid. Hal ini untuk mempercantik dan terlihat lebih asri.

Namun demikian, untuk kondisi kawasan parkir sendiri sejauh ini belum dipikirkan, namun dengan penambahan pelebaran area, tentunya hal itu akan mudah untuk ditata.