JogloNesia – , JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia secara tegas menyatakan bahwa langkah PT Aneka Tambang Tbk (Antam) melakukan impor emas merupakan strategi krusial untuk memenuhi lonjakan kebutuhan dalam negeri. Bahlil menyoroti bahwa kapasitas produksi emas nasional saat ini belum memadai untuk mengimbangi tingginya permintaan domestik, sebuah kondisi yang mendasari kebijakan impor tersebut.
Dalam penjelasannya, Bahlil mengungkapkan bahwa mayoritas produksi emas nasional masih sangat bergantung pada dua raksasa pertambangan, yaitu PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT). Dari fasilitas pemurnian konsentrat tembaga milik kedua perusahaan tersebut, total estimasi produksi emas Indonesia diperkirakan mencapai angka 80 ton per tahun, sebuah volume yang belum mampu menutup celah antara suplai dan permintaan pasar domestik.
“Refinery emas kita itu sekarang ada di Freeport. Dari sekitar tiga juta ton konsentrat yang diolah di smelter mereka, menghasilkan 50 sampai 60 ton emas. Sedangkan di Amman, dari sekitar 970 ribu ton konsentrat, menghasilkan 18 sampai 20 ton emas,” terang Bahlil saat memberikan keterangan di Kantor Kementerian ESDM, Selasa (14/10/2025). Kondisi ini mendorong Antam untuk menjalin kerja sama business to business (B2B) guna menjaga ketersediaan pasokan emas domestik. Langkah ini dianggap vital untuk memastikan stabilitas pasar, serta meringankan tekanan pada industri perhiasan dan sektor keuangan yang sangat bergantung pada logam mulia tersebut.
Bahlil lebih lanjut menguraikan bahwa produksi emas dari Freeport maupun Amman belum dapat beroperasi secara optimal akibat gangguan signifikan di sektor hulu. Salah satu pemicu utamanya adalah insiden tragis berupa longsor yang melanda tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) milik Freeport beberapa waktu lalu, yang menyebabkan terhentinya sebagian operasi produksi.
“Sekarang di Freeport sedang dilakukan evaluasi total pasca musibah di tambang bawah tanah. Kita turut berduka atas meninggalnya tujuh karyawan. Dengan kondisi seperti itu, produksi konsentrat di Freeport belum bisa maksimal, sehingga terjadi kekurangan pasokan,” jelas Menteri ESDM, menegaskan dampak langsung dari musibah tersebut terhadap pasokan komoditas vital ini.
Pemerintah, imbuh Bahlil, terus memantau dengan cermat perkembangan di lapangan dan berkomitmen memastikan kegiatan produksi dapat pulih seiring dengan perbaikan fasilitas tambang. Berbagai langkah penyesuaian pasokan dan penguatan kerja sama antarperusahaan diharapkan mampu menjadi kunci untuk menjaga stabilitas pasokan emas nasional di tengah tantangan yang ada.
Ringkasan
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa impor emas oleh Antam merupakan strategi krusial untuk memenuhi lonjakan kebutuhan dalam negeri. Produksi emas nasional saat ini belum memadai, terutama karena sangat bergantung pada PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara. Total estimasi produksi dari kedua perusahaan ini sekitar 80 ton per tahun, jumlah yang belum mampu menutupi permintaan pasar domestik.
Produksi emas dari Freeport maupun Amman belum dapat beroperasi secara optimal akibat gangguan di sektor hulu, khususnya insiden longsor di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave milik Freeport yang menghentikan sebagian operasi. Kondisi ini mendorong Antam untuk menjalin kerja sama bisnis-ke-bisnis guna menjaga ketersediaan pasokan emas domestik, vital untuk stabilitas pasar dan industri terkait.
JogloNesia Informasi Jogja Solo Indonesia
